top of page
Search
Siauw Victor Prawata

THE JOURNEY #3

Updated: Dec 30, 2022



Apakah keputusan untuk menjalankan program bayi tabung adalah keputusan yang baik bagi kami? TERNYATA ENGGA. Bukannya gua bilang kalo program bayi tabung itu salah yah... tapi buat kami ternyata journeynya tidak mudah, stressful, dan banyak melibatkan air mata. Tapi, TUHAN baik.


Segera setelah kami memutuskan untuk mengambil program bayi tabung itu, dalam hati gua sama sekali ga ada rasa damai. Rasanya gelisah. Ditambah lagi, waktu dokter info, setiap hari Karin harus disuntik di perut. Dalam hati tuh rasanya perih... Kenapa keputusan gua ini justru bikin Karin yang harus "menderita" (itu yang ada di pikiran gua saat itu).


Jadi setiap hari, di jam yang sama, gua harus suntik perut Karin. Ini berjalan beberapa hari secara rutin. Sampai pada waktunya untuk proses pengambilan sel telur, 21 Agustus 2018, gua masi merinding kalo inget momen ini, kami sudah siap dari pagi dan katanya Karin akan butuh proses pemulihan setelahnya.


Setelah bersiap, Karin dibawa untuk proses pengambilan sel telurnya, baru setelah itu kembali ke ruang pemulihan untuk istirahat. Begitu sudah pulih, bisa pulang. Brief nya sesederhana itu, persiapan mental gua pun sebatas itu. Tapi ternyata jalannya untuk kami berbeda...



Selama prosesnya, gua nunggu di ruang pemulihan. Selagi menunggu, gua liat di ruang sebelah ada yang sudah kembali. Terlihat lemes pas diantar pakai ranjang dorongnya, tapi bisa bangun dan pindah ke ranjang pemulihan. So, begitulah gambaran yang kebayang sama gua nanti pas Karin balik. Tapi ternyata pas Karin balik ke ruangan pemulihan dengan ranjang dorong, lemes, tapi bahkan sampe ga bisa bangun untuk pindah ke ranjang pemulihan. Akhirnya mesti dibantu untuk pindah dan Karin langsung tertidur setelah itu.


Cukup lama Karin tertidur. Gua pikir mungkin emang kecapean juga. Tapi ternyata setelah bangunpun badannya masih lemes banget. Walau akhirnya kami pulang untuk pemulihan, kebetulan lokasi nya deket sekali dengan tempat tinggal kami. Sampai di rumah pun, seharian itu Karin terus tidur dan lemes, sesekali bangun muntah. Waktu pulang, kami dipesankan, kalau efeknya masi berlanjut, langsung aja ke rumah sakit. Ternyata sampai tengah malam kondisi Karin ga membaik, bahkan makin drop. Akhirnya tengah malam itu juga kita langsung berangkat ke rumah sakit.


Setiba di rumah sakit, langsung masuk ke ICU. Di bantu dengan infus dll, setelah beberapa jam, akhirnya disarankan untuk masuk ke kamar saja. Sungguh hari yang panjang...


Besoknya saat dokter datang cek, kita dijelaskan kalau ini adalah OHSS, salah satu efek samping yang mungkin terjadi setelah proses pengeluaran sel telur itu. Ga semua orang akan mengalami ini dan ada juga yang mengalami tapi beda-beda efeknya. Pada Karin, efeknya lumayan berat. Jadi Karin sampai sesak nafas, perutnya membesar sampai kaya orang hamil dan berisi cairan. Jadi selain perutnya yang membesar, kakinya juga membesar, Karin sampai ga bisa bangun dari tempat tidur dan harus pakai bantuan oksigen untuk pernafasan, dengan tangan yang full infus dengan obat-obatan.


Berhari-hari Karin harus nginep di rumah sakit, perutnya besar, kakinya bengkak, tangan semua udah memar sana sini bekas suntik dan infus, dan nafas butuh dengan bantuan oksigen. Sepanjang hari Karin hanya bisa tidur. Selama itu juga gua nginep di rumah sakit, gua hancur... Satu malam, di rumah sakit saat Karin sudah tertidur, liat Karin seperti itu dan hanya bisa tidur seharian, yang biasanya sangat aktif, gua bener-bener merasa bersalah. Semua karena keputusan gua. Semua karena ego keinginan gua. Keputusan gua yang membuat Karin harus mengalami ini semua. Gua nangis malem itu... Putus asa... Hancur...


Tapi Tuhan baik...


Dari awal tahun, gua sudah memutuskan untuk disiplin konsisten untuk ikut program baca Alkitab selama setahun penuh setiap hari. Walaupun di rumah sakit, gua tetep mencoba komitmen baca Alkitab setiap hari.


Di momen itu, saat gua nangis, merasa bersalah, menyesal, gua diingatkan padahal Tuhan sudah mengingatkan tapi gua ga taat dan memilih ikut ego gua sendiri. Saat itu, setelah Karin tertidur, gua nangis di samping ranjangnya. Gua inget hari itu belom baca bacaan Alkitab hari itu. Jadi gua coba play lagu rohani secara random, mulai buka aplikasi Alkitabnya, dan mulai baca. Ga bisa konsen sepenuhnya, tapi gua tetep baca.


Bacaan hari itu tentang bagaimana Allah murka kepada bangsa Israel dan berkata akan mengusir bangsa Israel. Tapi Allah berkata, kalau bangsa Israel kembali kepada Allah, maka Allah akan memaafkan mereka dan menerima mereka kembali. Waktu baca itu, tanpa sadar lagu yang gua play secara random memainkan lagu "Sperti Bapa Sayang Anaknya". Gua langsung berenti baca saat itu juga. Karena mata gua penuh air mata. Tapi air mata ini berbeda. Air mata ini air mata penuh syukur. Gua merasa banget saat itu Tuhan sendiri secara pribadi datang dan membuka tanganNya untuk menerima gua kembali kepada Dia.


Gua merasa bersalah karena ga taat. Gua merasa bersalah karena keputusan gua membuat semua ini terjadi. Tapi Allah membuka tanganNya menunggu gua datang kembali kepada Dia. Seperti seorang Bapa yang menyayangi anaknya, Dia mengasihi gua dan membuka tangan untuk menyambut gua kembali.


Tuhan baik... Tuhan begitu baik...

Bacaan hari itu tentang bagaimana Allah murka kepada bangsa Israel dan berkata akan mengusir bangsa Israel. Tapi Allah berkata, kalau bangsa Israel kembali kepada Allah, maka Allah akan memaafkan mereka dan menerima mereka kembali.Bacaan yang mungkin kalau gua baca biasa, seakan ga nyambung, tapi saat itu bacaan itu seperti sangat personal buat gua. Waktu baca itu, tanpa sadar lagu yang gua play secara random memainkan lagu "Sperti Bapa Sayang Anaknya". Gua langsung berenti baca saat itu juga. Karena mata gua penuh air mata. Tapi air mata ini berbeda. Air mata ini air mata penuh syukur. Gua merasa banget saat itu Tuhan sendiri secara pribadi datang dan membuka tanganNya untuk menerima gua kembali kepada Dia.










45 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page